Selasa, 29 Oktober 2013

METODE ILMIAH


1.1    METODE ILMIAH

Metode ilmiah merupakan suatu prosedur atau urutan langkah yang harus dilakukan untuk melakukan suatu proyek ilmiah.Metode ilmiah juga dapat didefinisikan sebagai cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran (Almadk ,1939).
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur (urutan langkah) yang harus dilakukan untuk melakukan suatu proyek ilmiah (science project). Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. (wikipedia)

1.2   TUJUAN PENULISAN ILMIAH

1.        Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
2.       Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
3.       Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
4.      Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
5.       Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

1.3   SIKAP ILMIAH
Sikap ingin Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai berikut :
·      Sikap Ingin Tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
·      Sikap Kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan -kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
·      Sikap Obyektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
·      Sikap Ingin Menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru. Kebiasaan menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik dan konstruktif. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
·      Sikap Menghargai Karya Orang Lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
·      Sikap Tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksperimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
·      Sikap Terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

1.4   LANGKAH-LANGKAH PENULISAN ILMIAH

1.         Masalah: berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris dan teoretis, sebagai suatu aktivitas pendahuluan. Agar masalah ditemukan dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori yang diperoleh dari mengkaji berbagai literatur relevan.
2.        Rumusan masalah: Masalah yang ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah, dan umumnya rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan.
3.       Pengajuan hipotesis: Masalah yang dirumuskan relevan dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis digali dari penelusuran referensi teoretis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya.
4.       Metode/strategi pendekatan penelitian: Untuk menguji hipotesis maka peneliti memilih metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai.
5.       Menyusun instrumen penelitian: Langkah setelah menentukan metode/strategi pendekatan, maka peneliti merancang instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data, misalnya angket, pedoman wawancara, atau pedoman observasi, dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen agar instrumen memang tepat dan layak untuk mengukur variabel penelitian.
6.       Mengumpulkan dan menganalisis data: Data penelitian dikumpulkan dengan Instrumen yang kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan alat-alat uji statistik yang relevan dengan tujuan penelitian atau pengujian secara kualitatif.
7.        Simpulan: Langkah terakhir adalah membuat simpulan dari data yang telah dianalisis. Melalui kesimpulan maka akan terjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan kebenarannya.

Senin, 21 Oktober 2013

Karya Tulis


KARYA TULIS ILMIAH 
Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karyailmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan,penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematikapenulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).
MACAM-MACAM KARYA ILMIAH
Abstrak                                   Laporan eksekutif                 Risalah                              
 Ringkasan                             Tanggapan                             Kolokium 
Ikhtisar                                   Kertas kerja                            Studi Kasus 
Tinjauan buku                       Makalah proyek                     Laporan Penelitian      
Kritik                                      Laporan Kegiatan                 Skripsi 
Makalah pemikiran               Laporan status                      Tesis 
Laporan analisis                    Laporan Kepustakaan          Disertasi 
Makalah pendirian                Rekaman Fakta 
Makalah opini                        Makalah Ilmiah

CIRI-CIRI KARYA TULIS ILMIAH 
o  Menyajikan fakta obyektif secara sistematis 
o  Penulisannya cermat, tepat, dan benar serta tulus.
o  Tidak mengejar keuntungan pribadi, yaitu tidak berambisi agar pembaca berpihak kepadanya
o  Sistematis, terkendali, konseptual, dan prosedural
o  Tidak emotif (tidak menonjolkan perasaan)
o  Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung (kecuali hipotesis kerja)
o  Memuat kebenaran-kebenaran
o  Tidak argumentatif
o  Tidak persuasif 
    o  Tidak melebih-lebihkan sesuatu.
KARYA NON ILMIAH
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
MACAM-MACAM KARYA NON ILMIAH
o    Dongeng
o    Cerpen
o    Novel
o    Drama
o    Roman

CIRI-CIRI KARYA TULIS NON-ILMIAH :  
o    Ditulis berdasarkan fakta pribadi, 
o    Fakta yang disimpulkan subyektif, 
o    Gaya bahasa konotatif dan populer, 
o    Tidak memuat hipotesis, 
o    Penyajian dibarengi dengan sejarah, 
o    Bersifat imajinatif, 
o    Situasi didramatisir, 
o    Bersifat persuasif. 
o    Tanpa dukungan bukti
KARANGAN SEMI ILMIAH
Karangan Semi Ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan. Penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah. Penulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi.

MACAM-MACAM KARYA SEMI ILMIAH
o    Bentuk karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase, dan resensi buku. Berikut penjelasan diantaranya : 
  • Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang atau kelompok yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya actual dan controversial untuk tujuan member informasi, mempengaruhi dan meyakinkan atau menghibur khalayak pembaca.
  • Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan, dan kritik objektif terhadap sebuah buku. Klasifikasi pembuatan resensi buku ilmiah yaitu ringkasan, deskripsi, kritik, apresiasi, dan praduga.
  • Opini (Inggris: Opinion) adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap prespektif dan idiologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian, dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku pada masa depan dan kebenaran atau kesalahannya serta tidak dapat langsung ditentukan. Opini bukanlah merupakan sebuah fakta akan tetapi jika dikemudian hari dapat dibuktikan atau diverifikasi maka opini akan berubah menjadi sebuah kenyataan atau fakta.
  •  

Kamis, 03 Oktober 2013

tugas 2 (Bahasa Indonesia) lanjutan

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG                 
Pencarian pengetahuan yang benar harus berangsung menurut prosedur atau kaedah hokum,yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika
  Penalaran merupakan hal yang kita sering gunakan sehari hari di dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang terdekat baik keluarga maupun kerabat di tempat kuliah atau di kantor. Namun penulis akan menjelaskan pembahasan kali ini tentang penalaran yang penggunaanya kita gunakan di dalam bahasa kita sehari hari yaitu Bahasa Indonesia.

I.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan penalaran deduktif ?
2. Ada berapa macam jenis penalaran deduktif ?
3. Apakah yang dimaksud dengan penalaran induktif ?
4. Ada berapa macam jenis penalaran induktif ?

I.3. TUJUAN MAKALAH
               Adapun tujuan dari penyusunan makalah dengan judul “Memahami Inti Wacana dari Penalaran” adalah sebagai berikut:
1.    Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
2.    Melatih mahasiswa untuk lebih aktif dalam pencarian bahan-bahan materi.
3.    Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Penalaran Secara deduktif  dan induktif.

I.4. METODE PENULISAN
               Dalam tugas ini penulis menggunakan metode yang digunakan secara umum oleh para penulis yaitu pencarian sumber/data mengenai Memahami Deduktif dan Induktif.
 
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Memahami Penalaran Deduktif dan Induktif
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Pada dasarnya, ada dua macam penalaran, yakni deduktif dan induktif.

II.1.1 Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses berfikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai dan di akhiri dengan fakta atau sikap yang berlaku khusus. Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum dari pada proposi tempat menarik simpulan itu. Proposi tempat merarik simpulan itu disebut premis.
Contoh :
Hujan deras dan angin kencang, selasa (6/10) terjadi di Depok, Jawa Barat. Angin itu menubang sejumlah pohon dan papan reklame. Sebuah gapura penanda batas wilayah Depok 1 dan Depok 2 nyaris ambruk. Ranting pohon rambutan dan mangga di sepanjang jalan Djuanda, jalan majapahit, jalan merdeka di Kota Depok tampak berserakan. Bahkan lampu pengatur lalu lintas pun tak dapat berfungsi dengan baik.

Jenis-jenis penalaran deduktif

1.      Silogisme
Merupakan suatu cara penalaran yang formal.Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan/dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya ucapan “Ia dihukum karena melanggar peraturan “X”

2.      Silogisme Katagorik
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

3.      Silogisme Hipotetik
Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.

4.      Silogisme Disyungtif
Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.

II.1.2 Penalaran Induktif
            Penalaran Induktif adalah proses berfikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian/contoh dan diakhiri kesimpulan umum. penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sentara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.

Jenis-jenis penalaran deduktif

1.      Generalisasi
   Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala (data) yang bersifat khusus atau sejenisnya dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh :
Besi apabila dipanaskan dalam suhu tertentu akan memuai. Tembaga  jika dipanaskan pada suhu tertentu juga memuai. Emas dan perak pun jika dipanaskan akan memuai. Jadi, semua logam jika dipanaskan pada suju tertentu akan memuai.  

2.         Analogi
            Analogi adalah  proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap gejala khusus dengan membandingkan suatu objek sampai kesimpulan yang berlaku umum.
   Contoh :
               Triana adalah guru bahasa Indonesia SMK PKP 1 lulusan Universitas Negeri Jakarta. Ia seorang guru yang professional. Siswa-siswanya sangat senang karna apa yang diajarkan selalu dapat dipahami dengan baik. Namun, sangat disayangkan tahun ini Ibu Triana harus pindah tugas karna mengikuti suaminya bekerja di Kalimantan. Oleh karna itu, Bapak Usman harus mencari guru baru lulusan Universitas Negri Jakarta dengan harapan dia juga guru yang professional seperti Ibu Triana.

3.         Sebab akibat
            Sebab akibat adalah proses penalaran berdasarkan hubungan sebab akibat atau akibat sebab.
         Contoh :
               Banjir di Bogor tahun ini disebut para pejabat sebagai yang terburuk dalam puluhan tahun di Jawa Barat. Banjir ini menggenangi jutaan rumah dan  lhektare lading, termasuk perkebunan tebu. Banyak pohon tebu rusak dan tida dapat di manfaatkan lagi sebagai bahan baku gula pasir. Jadi, sudah dapat di pastikan produksi gula pasir di Bogor akan anjlok tahun ini.


BAB III
PENUTUP

III.1. KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran Deduktif dan penalaran Induktif.
-        Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme
, Silogisme Katagorik, Silogisme Hopotetik, Silogisme Disyungtif.
-        Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan akibat–sebab.
Setelah kita telah mempelajari teknik penalaran ini , kami dapat memahami konsep dari penalaran yaitu yang bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah, dan mengetahui jenis- jenis penalaran.


DAFTAR PUSTAKA

Ø  Husin, Lamudin dan Eni Rita Zahara. 2009. Kemahiran Bahasa Indonesia. Jakarta: Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.