Kamis, 03 Oktober 2013

tugas 2 (Bahasa Indonesia) lanjutan

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG                 
Pencarian pengetahuan yang benar harus berangsung menurut prosedur atau kaedah hokum,yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika
  Penalaran merupakan hal yang kita sering gunakan sehari hari di dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang terdekat baik keluarga maupun kerabat di tempat kuliah atau di kantor. Namun penulis akan menjelaskan pembahasan kali ini tentang penalaran yang penggunaanya kita gunakan di dalam bahasa kita sehari hari yaitu Bahasa Indonesia.

I.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan penalaran deduktif ?
2. Ada berapa macam jenis penalaran deduktif ?
3. Apakah yang dimaksud dengan penalaran induktif ?
4. Ada berapa macam jenis penalaran induktif ?

I.3. TUJUAN MAKALAH
               Adapun tujuan dari penyusunan makalah dengan judul “Memahami Inti Wacana dari Penalaran” adalah sebagai berikut:
1.    Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
2.    Melatih mahasiswa untuk lebih aktif dalam pencarian bahan-bahan materi.
3.    Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Penalaran Secara deduktif  dan induktif.

I.4. METODE PENULISAN
               Dalam tugas ini penulis menggunakan metode yang digunakan secara umum oleh para penulis yaitu pencarian sumber/data mengenai Memahami Deduktif dan Induktif.
 
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Memahami Penalaran Deduktif dan Induktif
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Pada dasarnya, ada dua macam penalaran, yakni deduktif dan induktif.

II.1.1 Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses berfikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai dan di akhiri dengan fakta atau sikap yang berlaku khusus. Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum dari pada proposi tempat menarik simpulan itu. Proposi tempat merarik simpulan itu disebut premis.
Contoh :
Hujan deras dan angin kencang, selasa (6/10) terjadi di Depok, Jawa Barat. Angin itu menubang sejumlah pohon dan papan reklame. Sebuah gapura penanda batas wilayah Depok 1 dan Depok 2 nyaris ambruk. Ranting pohon rambutan dan mangga di sepanjang jalan Djuanda, jalan majapahit, jalan merdeka di Kota Depok tampak berserakan. Bahkan lampu pengatur lalu lintas pun tak dapat berfungsi dengan baik.

Jenis-jenis penalaran deduktif

1.      Silogisme
Merupakan suatu cara penalaran yang formal.Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan/dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya ucapan “Ia dihukum karena melanggar peraturan “X”

2.      Silogisme Katagorik
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

3.      Silogisme Hipotetik
Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.

4.      Silogisme Disyungtif
Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.

II.1.2 Penalaran Induktif
            Penalaran Induktif adalah proses berfikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian/contoh dan diakhiri kesimpulan umum. penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sentara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.

Jenis-jenis penalaran deduktif

1.      Generalisasi
   Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala (data) yang bersifat khusus atau sejenisnya dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh :
Besi apabila dipanaskan dalam suhu tertentu akan memuai. Tembaga  jika dipanaskan pada suhu tertentu juga memuai. Emas dan perak pun jika dipanaskan akan memuai. Jadi, semua logam jika dipanaskan pada suju tertentu akan memuai.  

2.         Analogi
            Analogi adalah  proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap gejala khusus dengan membandingkan suatu objek sampai kesimpulan yang berlaku umum.
   Contoh :
               Triana adalah guru bahasa Indonesia SMK PKP 1 lulusan Universitas Negeri Jakarta. Ia seorang guru yang professional. Siswa-siswanya sangat senang karna apa yang diajarkan selalu dapat dipahami dengan baik. Namun, sangat disayangkan tahun ini Ibu Triana harus pindah tugas karna mengikuti suaminya bekerja di Kalimantan. Oleh karna itu, Bapak Usman harus mencari guru baru lulusan Universitas Negri Jakarta dengan harapan dia juga guru yang professional seperti Ibu Triana.

3.         Sebab akibat
            Sebab akibat adalah proses penalaran berdasarkan hubungan sebab akibat atau akibat sebab.
         Contoh :
               Banjir di Bogor tahun ini disebut para pejabat sebagai yang terburuk dalam puluhan tahun di Jawa Barat. Banjir ini menggenangi jutaan rumah dan  lhektare lading, termasuk perkebunan tebu. Banyak pohon tebu rusak dan tida dapat di manfaatkan lagi sebagai bahan baku gula pasir. Jadi, sudah dapat di pastikan produksi gula pasir di Bogor akan anjlok tahun ini.


BAB III
PENUTUP

III.1. KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran Deduktif dan penalaran Induktif.
-        Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme
, Silogisme Katagorik, Silogisme Hopotetik, Silogisme Disyungtif.
-        Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan akibat–sebab.
Setelah kita telah mempelajari teknik penalaran ini , kami dapat memahami konsep dari penalaran yaitu yang bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah, dan mengetahui jenis- jenis penalaran.


DAFTAR PUSTAKA

Ø  Husin, Lamudin dan Eni Rita Zahara. 2009. Kemahiran Bahasa Indonesia. Jakarta: Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar